Humas Polstat STIS | Jumat, 11 Juli 2025 08:15:10 WIB


Jakarta, 9 Juli 2025 – Di era transformasi digital yang berlangsung cepat, kebutuhan akan sumber data baru yang lebih cepat, akurat, dan relevan menjadi semakin penting untuk pengambilan keputusan berbasis bukti. Menyadari urgensi tersebut, Regional Hub on Big Data and Data Science for Asia and the Pacific menyelenggarakan Executive Training on Mobile Positioning Data (MPD) for Official Statistics pada 8–10 Juli 2025 di Hotel Gran Melia Jakarta.

Acara ini dibuka oleh Pelaksana Tugas Sekretaris Utama BPS, Edy Mahmud, dan Koordinator Residen PBB di Indonesia, Gita Sabharwal, dilanjutkan dengan pidato kunci oleh Pelaksana Tugas Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik, Pudji Ismartini. Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif untuk memperkuat kapasitas negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik dalam mengadopsi pendekatan baru dalam statistik resmi melalui pemanfaatan big data. Pelatihan ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang, termasuk perwakilan dari Kantor Statistik Nasional (NSO), kementerian pariwisata, dan operator jaringan seluler (MNO) dari Filipina, Kamboja, dan Timor-Leste.

Memahami Mobile Positioning Data (MPD)

Selama dua hari pertama, sesi panel menghadirkan pembicara dari operator seluler Indonesia, lembaga pemerintah, dan pakar tata kelola data. Fokus utama dari pelatihan ini adalah Mobile Positioning Data (MPD) — salah satu bentuk big data yang dihasilkan dari interaksi antara perangkat seluler dan infrastruktur jaringan seluler, seperti sinyal saat melakukan panggilan, mengirim pesan, atau menggunakan internet. MPD memiliki keunggulan unik karena dapat menangkap mobilitas manusia dalam ruang dan waktu secara presisi tinggi, menjadikannya sumber data potensial untuk berbagai indikator statistik, terutama di sektor pariwisata, transportasi, dan mobilitas penduduk.

Di Indonesia, pemanfaatan MPD telah menunjukkan hasil nyata. Melalui kolaborasi antara BPS-Statistics Indonesia dan penyedia jaringan seluler, Indonesia berhasil memanfaatkan MPD untuk memperkaya statistik pariwisata, seperti menghitung kunjungan wisatawan asing dan domestik secara lebih real-time. Praktik terbaik ini dibagikan kepada negara peserta untuk mendorong replikasi dan adaptasi di negara mereka masing-masing.

Diskusi juga mengeksplorasi berbagai dimensi penting dalam pemanfaatan MPD, mulai dari aspek teknis seperti arsitektur data dan pemrosesan data pengguna yang dianonimkan, hingga isu tata kelola seperti privasi, regulasi perlindungan data pribadi, dan peran penting regulasi nasional dalam memfasilitasi kerja sama antara sektor publik dan swasta. Para pembicara juga menekankan bahwa penggunaan MPD untuk statistik resmi hanya akan optimal jika terdapat definisi peran yang jelas, mekanisme yang transparan, dan prinsip etika yang kuat.

Mengatasi Tantangan dan Membangun Kapasitas

Para peserta dengan antusias berbagi pandangan dan pertanyaan terkait tantangan serupa di negara mereka masing-masing, seperti keterbatasan kapasitas teknis, belum adanya regulasi khusus, atau kesenjangan komunikasi antara NSO dan MNO. Diskusi ini menjadi wadah untuk saling bertukar ide dan membangun pemahaman bersama mengenai pentingnya membangun ekosistem data yang inklusif, aman, dan berkelanjutan.

Pelatihan ini tidak hanya berhenti pada tingkat konseptual. Sebagai langkah konkret untuk memperkuat kapasitas teknis, peserta dari setiap negara akan diundang untuk mengikuti Short Course on MPD Processing and Analytics yang akan diselenggarakan pada September 2025 di Bali. Program pelatihan intensif ini akan membekali peserta dengan keterampilan praktis, mulai dari pembersihan dan pemrosesan data MPD mentah hingga teknik visualisasi dan integrasi ke dalam kerangka statistik resmi nasional.

Implementasi Nyata dan Kolaborasi ke Depan

Untuk memberikan gambaran langsung tentang implementasi MPD dalam praktik pemerintahan, pelatihan ini ditutup dengan kunjungan lapangan ke dua lokasi penting: BPS-Statistics Indonesia dan Telkomsel Command Center. Di BPS, peserta menyaksikan secara langsung bagaimana data MPD diproses dan digunakan untuk menyusun statistik pariwisata dan mobilitas. Di Telkomsel, peserta mendapatkan penjelasan mendalam mengenai infrastruktur data, metode agregasi data anonim, serta prosedur keamanan dan etika data.

Kunjungan ini menjadi ajang pembelajaran lintas sektor yang memperkuat pentingnya kemitraan jangka panjang antara lembaga statistik dan operator seluler. Dari sisi pemerintah, dibutuhkan pemahaman teknis dan kebijakan yang adaptif, sementara dari sisi industri, diperlukan komitmen terhadap transparansi, kepatuhan, dan keterbukaan untuk mendukung tujuan pembangunan nasional.

Menuju Asia-Pasifik yang Berbasis Data

Melalui rangkaian pelatihan ini, diharapkan dapat dibangun kesadaran kolektif di seluruh kawasan Asia-Pasifik mengenai pentingnya mentransformasi sistem statistik nasional melalui pemanfaatan data non-tradisional. MPD menjadi contoh nyata bagaimana big data yang awalnya digunakan untuk kebutuhan komersial dapat memiliki nilai besar dalam mendukung pembangunan berbasis data dan kebijakan publik.

Lebih dari sekadar transfer pengetahuan, pelatihan ini menjadi langkah awal pembentukan ekosistem kolaboratif lintas negara dan lintas sektor yang kuat, inklusif, dan beretika. Dengan semangat berbagi praktik terbaik dan membangun kepercayaan, kawasan Asia dan Pasifik dapat bersama-sama menghadapi tantangan data di era digital, menuju statistik resmi yang lebih adaptif, responsif, dan relevan bagi masyarakat.