Humas Polstat STIS | Rabu, 02 Juni 2021 09:05:05 WIB


Politeknik Statistika STIS mengambil bagian pada Asia-Pacific Stats Cafe dengan tema “How Can We Harmonize Official Statistics in University Curriculum?” yang diselenggarakan oleh United Nations ESCAP. Kegiatan yang berlangsung pada Senin (31/05) ini dimoderatori oleh Makoto Shimizu selaku Officer in Charge of Statistical Institute for Asia and the Pasific dan dibuka oleh Statistics Division Director, Gemma Van Halderen. Stats Cafe ini dibentuk untuk menjembatani perbedaan antara official statistics dengan kurikulum universitas.

Asia-Pasific Stats Cafe ini menghadirkan tiga pembicara dari berbagai negara. Pembicara pertama adalah Lisa Grace S. Bersales, Ph.D, Professor in the School of Statistics of the University of the Philippines (UP) dan Vice President for Planning and Finance of the UP System. Beliau mempresentasikan “Strong and Agile: Academic Programs in Statistics in the Changing Data Landscape”. Di Filipina, terdapat 21 universitas yang memiliki jurusan statistik dengan beragam gelar akademik, salah satunya Ph.D (Statistics). Dari sekian banyak universitas, konsentrasi terbesar berada di Manila. Beliau menjelaskan bahwa lulusan Sarjana Statistik dari School of Statistics sebagian besar bekerja di bidang Banking and Finance (mencapai 33%) sementara lulusan Institute of Statistic sebagian besar bekerja pada bidang Finance, Insurance, and Real Estate (mencapai 44%).

Pembicara kedua adalah Dr. Erni Tri Astuti, M.Math, Direktur Politeknik Statistika STIS yang mempresentasikan “Providing Statisticians and Data Scientist for Government Agencies in Indonesia”. Beliau menjelaskan terdapat 43 universitas yang tersebar di 11 provinsi di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang statistika, termasuk di dalamnya Politeknik Statistika STIS. Selain itu, beliau memaparkan program studi yang terdapat pada Politeknik Statistika STIS, kurikulum, serta profil lulusannya. Jika dibandingkan, lulusan perguruan tinggi lainnya yang berada di bawah Forum Pendidikan Tinggi Statistika Indonesia (FORSTAT) hanya mencapai 5-145 orang per tahun, sementara Politeknik Statistika STIS dapat meluluskan sekitar 550 orang dalam setahun dan bekerja di lingkungan Badan Pusat Statistik (BPS) yang tersebar di seluruh Indonesia, serta pada beberapa kementerian/lembaga lainnya. Hingga tahun 2021, terdapat kurang lebih 6.800 alumni termasuk di dalamnya 24 lulusan yang berasal dari Timor Leste. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Politeknik Statistika STIS, diketahui bahwa 45% program studi statistika di Indonesia menyelenggarakan mata kuliah Official Statistics dan 60% diantaranya merupakan mata kuliah wajib. Selain itu lulusan dari perguruan tinggi statistika lainnya juga memiliki minat yang tinggi untuk berkarir sebagai statistisi baik di BPS maupun kementerian/lembaga lain. Beliau juga menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi oleh para fresh graduates dalam memasuki dunia kerja, terutama di lingkungan BPS, diantaranya generational gap, insufficient softskill (terutama pada sisi komunikasi, integritas, kepemimpinan, dan teamwork), serta missworkplacement (ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang dilakukan).

Pembicara ketiga, yaitu Sharleen Forbes, StatEd Consultancy Director yang berasal dari New Zealand. Beliau mempresentasikan “From Face-to-Face Teaching to E-learning of Official Statistics: Collaboration in Action”. Beliau menjelaskan bahwa di New Zealand, lembaga resmi statistik berkolaborasi dengan akademika. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pegawai pemerintah pusat dan daerah, memperoleh Sertifikat Official Statistics serta honours papers pada bidang official statistics. Selain itu terdapat perwujudan kolaborasi akademis yang berjalan lebih lanjut bersama dengan Plymouth University, yakni membentuk sebuah web apps, serta penyusunan konten untuk program UNITAR E-learning Course.

Pada saat sesi diskusi, Direktur Politeknik Statistika menanggapi  pertanyaan mengenai bagaimana membuat siswa SMA tertarik untuk masuk program studi statistika. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan membuat pengajaran statistik menjadi “fun” dan "less mathematics". Selain itu beliau juga menanggapi pertanyaan mengenai penerapan blended learning pada pengajaran statistika di masa pandemi yang merupakan suatu tantangan tersendiri dan memaksa dosen melakukan inovasi-inovasi untuk tetap menyampaikan materi-materi kuliah secara utuh. Kegiatan ini merupakan salah satu perwujudan go international dari Politeknik Statistika STIS. Dengan makin banyaknya kegiatan serupa, diharapkan wajah Politeknik Statistika STIS semakin bersinar dan dikenal dunia. Bravo Politeknik Statistika STIS!