Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) angkatan 59, Politeknik Statistika STIS menggelar kuliah umum pada Jumat (25/10) di auditorium. Kuliah umum ini diwajibkan bagi seluruh mahasiswa tingkat III baik program studi DIV maupun DIII. Materi yang dibahas terkait Podes, indikator SDG’s, serta ekonomi digital sesuai dengan topik yang akan diangkat pada pelaksanaan PKL angkatan 59 bulan Maret mendatang, yakni “Digitalisasi Podes dan Aplikasinya dalam SAE, Indikator SDGs, serta Digital Economy”. Pembicara pada kuliah umum ini antara lain Krismawati, MA (Kasubdit Statistik Ketahanan Wilayah), Dr. Windhiarso Ponco A.P. (Kasubdit Indikator Statistik), serta Mariet Tetty N, MA. (Kasubdit Statistik Ketenagakerjaan) dengan dimoderatori oleh Dr. Nasrudin yang merupakan koordinator pelaksanaan PKL angkatan 59.
Sesi pertama dibuka dengan pengenalan mengenai kegiatan pendataan Potensi Desa (Podes) oleh Krismawati, MA. Beliau menjelaskan secara rinci mengenai kegiatan BPS yang rutin dilaksanakan sebelum kegiatan sensus tersebut. Podes merupakan kegiatan cacah lengkap (sensus) terhadap seluruh desa/kelurahan di Indonesia mengenai berbagai informasi yang terangkum alam 400 pertanyaan pada kuesioner. Data podes menjawab kebutuhan akan data satuan terkecil, sehingga dapat mendukung program Nawacita Presiden RI poin ketiga yakni membangun Indonesia dari daerah pinggiran. Podes dilaksanakan untuk memenuhi sumber data pemutakhiran peta wilayah kerja statistik untuk pelaksanaan sensus, sehingga pelaksaannya senantiasa dilakukan menjelang sensus. Selain itu, manfaat lain dari data Podes antara lain sebagai penentu Indeks Pembangunan Desa (IPD) yang mengklasifikasikan desa/kelurahan ke dalam tiga kategori, yakni tertinggal, berkembang, dan mandiri.
Membahas mengenai Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), Dr. Windhiarso Ponco A.P. mengisi sesi kedua kuliah umum. Dalam paparannya, beliau menjelaskan secara detail mengenai SDGs mulai dari latar belakang, tujuan, tantangan, hingga peran BPS dalam upaya mewujudkannya. Melanjutkan program sebelumnya yakni MDGs (2000-2015) yang terdiri dari delapan tujuan utama, SDGs (2015-2030) hadir dengan membawa 17 tujuan, 169 target, dan 241 indikator. Dari sekian banyak indikator, sebanyak 136 indikator dihasilkan oleh BPS dan selebihnya oleh lembaga lain. Hal ini menunjukkan besarnya peran BPS dalam pembangunan bangsa. Dengan jargon #NoOneLeftBehind, SDGs tentu tak luput dari berbagai tantangan dalam pelaksanaannya. Selain itu terdapat keterkaitan antara Podes dengan pencapaian SDGs, antara lain Podes sebagai media evaluasi apakah program-program yang dicanangkan sudah terealisasi dengan baik atau justru sebaliknya.
Selanjutnya, Mariet Tetty N, MA. membahas materi mengenai ekonomi digital dalam aspek ketenagakerjaan. Kemajuan teknologi yang semakin pesat ternyata juga berdampak pada pola data ketenagakerjaan Indonesia. Semakin pesat teknologi berkembang, semakin banyak lapangan kerja yang tercipta. Namun karena menjamurnya kegiatan perekonomian berbasis ICT (Information and Communication Technology), track record kegiatan-kegiatan tersebut menjadi sulit untuk dicatat. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi BPS untuk dapat menyajikan data perekonomian khususnya ketenagakerjaan secara lengkap. Tantangan ini juga disebabkan karena belum adanya konsep dan definisi baku serta belum tersedianya alat ukur yang sesuai. Tentunya berbagai usaha telah dilakukan untuk menjawab tantangan tersebut. Saat ini BPS telah merekam kegiatan ekonomi berbasis ICT melalui dua pendekatan, yakni pendekatan perusahaan dan rumah tangga. Hasilnya, melalui Sakernas 2019, BPS dapat memetakan data tenaga kerja berbasis ICT antara lain, tenaga kerja yang terlibat dalam digital ekonomi, e-bussiness, serta e-commerce.